Jumat, 26 Maret 2010

Teori Sastra


Teori-teori Sastra

Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sitem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menetapkan pola hubungan gejala yang diamati. Perlu dikemukakan bahwa istilah yang tepat untuk menyebut teori baik dalam kamus bahasa inggris maupun Indonesia belum ditemukan. Akibatnya definisi mengenai hakikat dan tugas teori sastra tidak mudah dirumuskan. Bahkan istilah-istilah yang digunakan untuk menyebut konsep-konsep yang paling mendasar pun berbeda.
Menurut wellek dan Austin warren teori sastra adalah studi prinsip, kategori, dan kriteria yang dapat diacu dan titik tolak dalam telaah di bidang sastra.adapun tugas teori sastra menurut keduanya yaitu menetapkan prinsip, kategori dan kriteria mengenai sifat sastra pada umunya dengan memanfaatkan hasil-hasil kritik sastra dan sejarah sastra. Jan van Luxemburg, mieke bald and willem G (1986) mengemukakan bahwa tugas teori satra yaitu merumuskan kaidah-kaidah dan konvensi umum kesusutraan umum. Selain itu mereka juga menggunakan istilah ilmu sastra dengan pengertian yang mirip dengan teori sastra yang dikemukakan wellek dan warren. Menurut mereka ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari teks-teks sastra secara sisitematis sesuai dengan fungsinya di dalam masyarakat. Ada juga yang mengunakan istilah pengetahuan kesustraan yaitu lefevere, ia berpendapat bahwa sastra adalah diskripsi pengalaman kemanusiaan yang dimiliki dimensi personal dan social sekaligus. Dalam sastra ,pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan itu tidak sekedar dihadirkan begitu saja, melainkan  secara fundamental menghadirkan gagasan-gagasan estetis. Jadi menurut lefevere, sastra adalah pengetahuan kemanusiaan (existentiall knowledge) yang sejajar dengan bentuk hidup itu sendiri. Penjelasan diatas secara implisit menunjukan bahwa teori satra sebenarnya telah banyak dibahas orang, baik membahas lingkup yang terbatas pada sebuah teori yang utuh maupun yang mencakup berbagai teori. Akan tetapi teori-teori itu dapat mengacaukan pemahaman kita karena para teoritis tidak selalu berpijak pada pengertian, sudut pandang klasifikasi maupun konsep-konsep yang sama menganai gejala sastra. Oleh karena itu klasifikasi yang cermat diperlukan untuk lebih mamahami ragam-ragam teori tersebut.

M.H. Abrams dalam bukunya the mirror and the lamp:romantic theory and the critical tradition meneliti dan membanding-bandingkan model-model teori sastra sepanjang masa dan menyimpulkan bahwa teori sastra itu sangatlah banyak dan terkadang membingungkan. Untuk dapat mempelajarinya Abrams mengusulkan perlunya memperhatikan ‘situasi keseluruhan karya sastra’ sebagai patokan membedakan orientasi berbagai toeri pendekatan sastra. Ditinjau dari sudut ini Abrams memberikan bagan yang sederhana tapi cukup efektif,






Realitas (universe)


karya (work)




Pembaca (audience)
Pencipta (artist)

Dalam bagan tersebutterlihat aaempat komponen,yakni: realitas, karya satra, pencipta dan pembaca. Dari bagan tersebut Abrams membuat klasifikasi teori  atau pendekatan terhadap karya sastra.pendekatan itu adalah
  1. Pendekatan objektif (memperhatikan aspek karya sastra itu sendiri)
  2. Penedekatan ekspresif (menitik bertakan aspek pengarang atau pencipta)
  3. Penedekatan mimetic (mengutamakan aspek semesta)
  4. Penedekatan pragmatic ( mengutamakan aspek pembaca)
Dalam buku a readers Guide to Contemporary Literary Theory, rahman Salden (1985:x)  juga mengklasiifikasikan teori sastra berdasarkan penekanan orientasi tersebut. Diagram tersebut berdasarkan kerangka diagram komunikasi linguistic roman Jacobson. Skema komunikasinya sebagai berikut.


Rounded Rectangle: Pendengar
Rounded Rectangle: pengirim
Rounded Rectangle: hubungan



   




Rounded Rectangle: kode





Berdasarkan skema komunikasi diatas Selden membuat bagan teori sastra sebagai berikut,

Rounded Rectangle: marxis
Rounded Rectangle: formalistik
Rounded Rectangle: romantik
Rounded Rectangle: Orientasi pembaca
Rounded Rectangle: strukturalis









Teori romantik menekankan pikiran penulis dan kehidupanya, kritik sastra pembaca (kritik sastra fenomenologis ) memeusatkan diri pada pengalaman pembacaan . teori formalis berpusat pada bentuk penulisan itu sendiri. Kriti sastra marxis memandang konteks sosiologis dan historis. Teori sastra strukturalis  memberikan perhatian pada kode-kode yang diapaki untuk membangun makna. Teori resepsif berorientasi pada peranan pembaca dalam penilaian karya karya.
Sumber : Drs.Yoseph Yapi Taum,”Pengantar Teori Sastra”, penerbit nusa indah.1997.Flores NTT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar