Kamis, 22 April 2010

Sajak Rajawali

sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung Nuri

rajawali adalh pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

langit tanpa rajawali
adlah kebebasan dan keluasan tanpa sukma
tujuh langit,tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
mengolah hidup

hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tapa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat fatamorgana

rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai kamu, penecemar langit yang durhaka.

Selasa, 20 April 2010

Irak

irak

1.Penaklukan Irak-Persia
Ketika Khalid melakukan maneuver ke barat kea rah Hirrah pada 634, ia meninggalkan kekuasaan irak pada sekutunya suku badui,al mutsana bin haritsah, kepala suku bani syaiban.sementara itu, orang-orang Persia sedang bersiap-siap utuk melakukan serrangan balasan dan hamper menghancurkan pasukan arab ketika perang dalam jembatan.1 Dekat hirrah pada 26 november 634. Tanpa rasa takut, mutsana membangun serangan baru, dan ulan oktober atau November tahun berikutnya berhasil mengalahkan panglima perang orang Persia , mihran di al-buwayb di tepi sungai efrat. Karena al-mutsana hanyalah seorang kepala suku dan tidak mempunyai hubungan kekuasaan dengan mekkah dan madinah, maka khalifah umar mengirim sa’ad bin abi waqash sebagaim komandan pasukan ke irak. Dengan pasukan berjumlah 10.000 orang, sa’ad berunjuk gigi untuk pertama kalinya berhadapan dengan rustam, seorang administrator Persia. Pada hari itu (ajkhir bulan mei, ) terjadilah perang antara pasukan islam dan pasukan Persia dan akhirnya rustam terbunuh , pasukan besar sasaniyah kocar-kacir dalam kondisi panic dan semua dataran rendah irak yang subur 2 di sebelah barat sungai tigris terbuka lebar bagi penakluk.
Ibu kota Persia , cretisphon,3 adlah sasaran sa’ad berikutnya. Dengan kecepatan dan energy yang menjadi cirri khasnya , ia bergerak menyeberangi sungai tigris di bagian yang agak dangkal. Usaha itu berhasil tanpa korban jiwa dan hal itu dianggap mukjizat oleh para penutur kisah islam. Bulan juni 637 sa’ad melenggang memasuki ibu kota dengan penuh kemenangan karena kota itu telah ditinggal pergi oleh rajanya dan para pasukannya.
Sementara itu, raja sasaniyah III dan keluarga kerajaan melariak diri ke utara, setelah melakukan perlawanan sia-sia, pada akhir 637 , jalula –berbatsan dengan ddatran tinggi Persia- dan akhirnya seluruh wilayah irak takluk kepada para penyerbu.
Penaklukan pertama yang menetukan atas Persia menghabiskan waktu sekitar satu decade; pasukan islam melakukan perlawanan yang jauh lebih sengit dari pada di suriah. Orang arab ,termasuk waita dan anak-anak budak ikut terlibat. Orang-orang Persia adalah orang aria bukan semit., mereka telah menikmati eksistensi mereka sebagai bangsa yang berdiri sendiri selama berabad-abad, dan mewakili sebuah kekuatan militer yang jauh terorganisir dengan baik, dan pernah berperang dengan orang romawi selama 400 tahun.
2.Etnografi Negara Irak-Persia
2.1.Irak
Negara republic irak (al-jumhuriyah alu irakiyah) dengan ibu kota bahgdad ini berpenduduk pada sensus 1990 dengan populasi penduduk 18.317.000 jiwa. Luas wilayahnya menca[pai 435.052 km dengan kepadatan penduduk 42,1/km bahsa resminya adalah bahsa arab. Agama 95,8% (sunni dan syi’ah), Kristen 3,5% dan sedikit yahudi. Mata uangnya adalah dinar >Negara yang berada di sebelah barat daya ini mempunyai batas-batas wilayah: diselatan berbatasan dengan kwait dan arab Saudi, di barat denagn yordania dan syiria, di utara denagan turki dan di timur dengan iran.
Adapun potensi geografis dari Negara irak ini yaitu ,iran berada tepat di bagian timur wilayah ulan sabit subur,yang dulu disebut dengan Mesopotamia (bahsa yunani yang artinya lahan diantara dua sungai tigris dan efrat, karena posisinya yang terletak diantara jazirah Arabia utara dan jajaran gunung turki dan iran sebelah barat daya daerah membentuk lintasan rtanah rendah diantara syiria dan teluk Persia.topografi iran termasuk kea lam tiga zona yang berbeda- bagian peguningan utara disebut wilayah Kurdistan; 1. Wilayah tengah,antara tigris dan efrat dengan pusat ibu kota bagdad, merupakan daerah yang paling mudah mendapat aliran irigasi dan tanh yanmg terolah dengan baik.2. wilayah barat, barat daya dan selatan merupakan daerah gurun yang hamper keseluruhannya sama sekali gersang. Dan 3. Di selatan terdapat daerah rawa yang luas di sepanjang shatt al –arab tempat bergabungnya dua aliran sungai tigris dan efrat, sekiatar 160 km di sebelah barat laut teluk Persia. Irak berada tempat di bagian timur wilayah Bulan Sabit Subur, yang dulu sering daerah mesopotamia – kosa kata Yunani yang berarti “ lahan di antara dua sungai” ; sungai Tigris dan sungai Efrat. Kedua aliran sungai ini sangat memengaruhi pola kehidupan dan lingkungan penduduk Irak dari masa ke masa.
Karena posisinya yang terletak antara jazirah Arabia Utara dan jajaran Gunung Turki serta iran di sebelah Barat daya, daerah ini membentuk lintasan tanah rendah antara Syria dan teluk persia. Topografi Irak termasuk ke dalam tiga zona yang berbeda – bagian pegunungan utara di sebut wilayah kurdistan;
1)Wilayah tengah, antara tirgis dan efrat dengan pusat ibukota Baghdad, yang merupakan wilayah paling mudah mendapat aliran irigasi dan tanah-tanah yang teroleh dengan baik.
2)Wilayah barat, barat daya, dan selatan merupakan daerah gurun yang hampir keseluruhannya sama sekali gersang.
3)Di selatan terdapat daerah rawa yang luas di sepajang shatt al-arab, tempat bergabungnya kedua sungai Tigris dan Efrat, sekitar 160 km di sebelah barat laut teluk persia.
2.2. Persia
Kawasan penting kedua peradaban islam adalah kawasan kebudayaan atau peradaban iran –persia. Pusat dunia islam yang satu ini sejak dulu adalah datran tinggi yang menbentang dari irak sampai asia tengah, sekalipun kelak tradisi Persia kuno pengaruhnya cukup luas merembes keluar daerah geografinya. Dan disini pula kebeudayaan islampersia klasik di besarkan dan menyebar ke daerah-daerah lain.
Letak Geografis Persia yang setrategis dan sebagian wilahnya yang subur sehingga disebut sebagai daerah bulan sabit subur , membuat mata dunia internasional pada saat itu memusatkan perhatiannya ke Persia. Portugal, Inggris, Belanda, dan Prancis berlomba-lomba menarik simpati istana Safawiyah. Bahkan Inggris telah mengirim duta khusus dan ahli pembuat senjata modern guna membantu memperkuat militer Safawiyah.
3.Islam di Irak-Persia
3.1.Islam di Irak
3.1.1.Berdirinya Dinasti Abasiyah
Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Bani Umayah yang telah runtuh di Damaskus. Dinamakan kekhalifahan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa daulah ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Keluarga Abbas, Imam Muhammad bin Ali berpendapat bahwa pemindahan kekuasaan dari keluarga yang satu ke keluarga yang lain harus memiliki kesiapan jiwa dan semangat rakyat. Dia menyadari bahwa perubahan secara tiba-tiba, bisa berakhir dengan kegagalan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemikiran yang dapat memperhitungkan keadaan untuk melancarkan propaganda (gerakan yang menentang pemerintahan untuk memperoleh kekuasaan) dengan atas nama orang yang terpilih dari keluarga Nabi Muhammad.
Muhammad bin Ali meminta kepada masyarakat pendukungnya untuk membantu keluarga Nabi. Propaganda ini dilakukan dengan cara yang sangat cermat, sehingga banyak tokoh masyarakat dan tokoh agama yang tertarik dengan propaganda itu. Muhammad bin Ali menjadikan kota Kufah dan Khurasan sebagai pusat kekuatan penyebaran propagandanya. Dua kota ini dianggap sangat strategis sebagai benteng pertahanan bila terjadi serangan dari Bani Umayah. Di dalam kedua kota itu banyak bermukim masyarakat Islam yang bukan Arab. Mereka sangat tidak puas terhadap kebijakansanaan pemerintahan Bani Umayah. Ketidakpuasan masyarakat Muslim yang bukan Arab (‘Ajam) sangat besar pengaruhnya dalam proses kehancuran Daulah Umayah, dan jumlah mereka semakin banyak.
Semula propaganda yang dilakukan Muhammad bin Ali, tidak memakai dan menonjolkan nama Bani Abbas, tetapi menggunakan Bani Hasyim, dengan maksud untuk mencegah perpecahan antara orang syi'ah pengikut Ali dan yang mendukung Bani Abbas, karena kedua golongan itu masih termasuk keluarga Bani Hasyim. Dengan siasat demikian itu, maka propagandanya mendapatkan simpati sangat besar dari berbagai kalangan. Untuk melaksanakan propaganda itu mereka mengangkat dua belas orang propagandis terkenal, yang disebar ke daerah-daerah Khurasan, Kufah, Irak dan bahkan sampak ke Makkah. Dalam usaha menyebarkan propaganda itu, dijelaskan tujuan mereka, yaitu untuk menuntut keadilan dan kebijaksanaan dan pemerintahan Daulah Bani Umayah di Damaskus. Di antara propagandis terkenal yang berhasil menarik banyak masyarakat, ialah Abu Muslim Al-Khurasani. Dengan tekad kuat dan kerja keras, ia dapat meyakinkan rakyat Marwa, sehingga mereka berada di pihak Bani Abbas. Setelah itu, Abu Muslim menyambut baiat (Sumpah Setia) rakyat Marwa tersebut. Kemudian ia melanjutkan usahanya ke daerah Khurasan dan daerah-daerah lain di sekitarnya. Di setiap daerah dibentuk perwakilan, sehingga berdatangan orang-orang yang menyatakan sumpah setia kepada keluarga Bani Abbas. Usaha propaganda yang dilakukan Abu Muslim al-Khurasani membawa hasil yang sangat memuaskan. Banyak masyarakat mendukung gerakan propaganda itu.
Melihat perkembangan politik yang tidak menguntungkan pihak Muawiyah, akhirnya Marwan bin Hakam berusaha menyelamatkan diri dari kejaran massa yang sedang mengamuk, menuntut digulingkannya pemerintahan Daulah Bani Umayah. Dengan terbunuhnya Marwan bin Hakam di Fustat, Mesir tahun 132 H / 750 M, resmilah keluarga Abbas menjadi penguasa baru. Dinasti ini berkuasa selama lebih kurang lima abad, mulai dari tahun132-656 H / 750-1528. Pusat pemerintahannya bertempat di kota Bagdad. Di antara para tokoh pendiri Daulah Abbasiyah ialah
• Muhammad bin Ali
• Ibrahim bin Muhammad bin Ali
• Abul Abbas As-Shafah
• Abu Ja'far Al-Mansur
• Abu Muslim Al-Khurasani
3.1.2.Keadaan Politik Daulah Abasiyyah
Politik daulah abasiyah 1:
Antara daulah abasiyah dengan daulah amawiyahterdapat perbedaan yang prinsipil dalam sikap politik, yang terpenting antara lain:

Dau;ah amawoyah pada umumnya dalam segala bidang bercorak arabmurni
Daulah abbasiyah disamping bercorak aram murni juga telah terpengaruh dengan corak Persia, turkia da lain sebagainha.
Adapun politik yang dijalankan daulah abbasiyah 1 yaiitu:
para khalifah tetap dari turunan arab murni, sementara para gubernur, menteri dan pegawai lainya bamyak diangkat dari golongam mawali turunan Persia.
Kota Baghdad sebagai ibu kota Negara yang menjadi pusat kegiata politik sosian dan kebudayaan, dijadikan kota pintu terbuka sehinga orang yang mempunyai berbagai keyakinan diiznkan tinggal di bahgdad. Dengan demikian jadilahbahgdad kota internasional yang sangat sibuk dan ramai, yang berkumpul di dalamnya unsaur bangsa arab, turkia , Persia , romawi dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khlifah membuka pintu seluas-luanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Kebebasan berpikir sebagai hak manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu akal dan pikiran benar-benar di bebaskan dari belenggu takliid. Yang mana menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang aqidah , falsafah ibadah dan sebagainya.
Paramenteriturunan Persia di beri hak penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam tamadun islam. Mereka sangat mencintai ilmu dan mengorbankan kekayaanya untuk memajukan kecerdasan rakyat dan meningkatkan ilmu pengetahuan , sehingga karenanya banyaklah keturunan mawaly yang meberiakan jasanya untuk kemajuan islam.
Politik Daulah Abbasiyah II, III dan IV:
Dalam priode tiga masa ini, kekuasaan politik dari daulah islamiyah mulai menurun dan terus menurun, terutama kekuasaan politik sentral , karenanya Negara bagian sudadh tidak begitu menghiraukan lagi pemerintah pusat, kecuali pengakuan secara politis saja, lantaran itu kekeuasaan militer pusat pun mulai berkurang daya pengaruhnhya, sebqab masing-masing panglima daerah sudah berkuasa sendiri, bahkan telah membentuk tentara sendiri.
Dalam periode ini putuslah ikatan –ikatan politik antara wilayah –wilayah islam , demikianlah tutur Khudhary Bek.
Apabila kita menoleh ke barat kita mendapati bani umayyah telah menampilkan Abdurrahman Nassir menjadi amirul mukmin di Andalusia, karena dilaihatnya kelemahan bani abbasiyah.
Di afrika kita dapati syi;ah ismailiyah telah membentuk kerajaanyan dengan nama daullah Fatimiyah, dengan mengangkat Ubaidullah bin Mhdi menjadi amirul mukminin dan kpta mahdiyah dekat Tunisia dijadikan ibu kota.
Di mesir kita dapati, Muhammad ikhsyad berkuasa atas nama bani abbas; demikian juga dengan musil bani Hamdan bertindak.
Di yaman, syi’ah Zaidiyah semakin kuat pendidikanya , sementara di ibukota Negara Baghdad daulah bani buwaihi berkuasa dalam praktek dan bani abbas hanya nama saja.
Bila kita melihat kesebelah timur, akan kita dapati daulah samaaniyah yang berkedudukan di Bukhara dak berpengaruh sangat besar.
Demikianlah , dunia islam telah putus mata rantai sambunganya, tidak ada lagi kesatuan politik, sehingga datanglah pasukan hulako dengantentara tantarnya menghancurkan kota Baghdad, dan berakhirlah daulah abbasiyah.
3.1.3.Keadaan sosial zaman Daulah Abbasiyah
Kehidupan masyarakat pada masa dinasti Daulah Abbasiyah, Sistem kesukuan primitive yang menjadi pola organisasi sosila arab paling mendasar runtuh pada masa dinasti Abbasiyah, yang didirikan dari berbagai unsur asing. Bahkan dalam persoalan memilih istri dan ibu untuk anak-anak mereka , para khalifah tidak menjadikan darah keturunan arab sebagai patokan. Untuk memperlancar proses pembauran antara orang arab dan rakyat taklukan , lembaga poligami, selir dan perdangan budak terbukti efisien. Ketika unsure-unsur arab surut, orang non –arab orang peranakan dan anak dari permpuan yang dimerdekakan mulai menggantikan posisi mereka. Aristokrasi arab mulai digantikan dengan hirarki penjabat yang mewakili berbagai bangsa, yang pada awalnya didominasi oleh Persia dan kemudian oleh Turki. Pada masa awal dinasti Abbasiyah, kaum wanita cenderung menikmati kebebasan yang sama dengan kaum wanita pada zaman dinasti Umayyah. Tetapi menjelang abad ke -10 pada masa dinasti Buwahi , system pemingitan yan ketat dan pemisahan berdasarkan jenis kelamin merupakan fenomena yang umum. Pada masa itu, banyak perempuan yang berhasil mengukir prestasi dan berpengaruh di pemerinthan baik dari kalangan atas atau dari kalangan awam. Pada masa dinasti Abbasiyah berburu menjadi pengisi waktu luang yang disenangi oleh para khalifah dan putra mahkota.al amin sangat suka berburu singga dan saudaranya meninggal ketika memburu babi liar.4
Posisi teratas dalam tingkatan social di tempati oleh para khalifah dan keluarganya, para pejabat pemerintahan, keturunan bani Hasyim dan orang-orang di sekitar mereka. Kelompok terakhir ini meliputi para prajurit dan pengawal istana, sahabat dekat,para maula dan pembantu. Para pembantu itu hampir semuanya budak yang direkrut secara paksa dari kalangan non muslim, baik yang ditawan pada masa perang maupun yang di beli pada masa damai. Beberapa diantaranya adalah orang negro dan juga orang kulit putih. Gagasan tentang maraknya perbudakan bisa dilihat dari tingginya jumlah budak yang dimiliki oleh keluarga kerajaan. Diriwayatkan bahwa istana al-muqtadir (908-932) memiliki sebelas ribu laki-laki yunani dan sudan yang dikebiri5.al-mutawakkil diriwayatkan memiliki 4.000 orang selir yang semuanya menemani ia tidur6. Pada satu kesempatan al-Mutawakkil menerima hadiah sebanyak 100 budak dari salah satu jenderalnya.7 Telah menjadi tradisi bagi para gubernur dan jenderal untuk mengirim hadiah, termasuk di dalamnya para gadis yang direklut secara suka rela maupun paksa daari para penduduk, kepada para khlaifah atau wazir;8 tidak member hadiah dinilai sebagai tanda pemberontkan.

Arti Fundamentalisme


Definisi Fundamentalisme Islam
Fundamentalisime islam-demikian menurut Musa Kaelani- merupakan suatu gerakan social dan keagamaan yang mengajak umat islam kembali pada ‘prinsip-prinsip islam yang fundamental’;kembali kepada kemurniaan etika dengan cara mengintegrasikannya secara positif dengan doktrin agama;kembali kepada keseimbangan hubugan manusia dengan tuhan , manusia dengan masyarakat dan manusia dengan kepribadiannya sendiri.(Yusril Izza Mahendra, Modernisme dan fundamentalisme dalam politi islam: perbandingan partai Masyumi (indonesia) dan jama’at i-islami (pakistan)(Jakarta: Paramadina,1999), hal.16-7). Dengan demikian , fundamentalisme islam dikatakan merupakan bentuk ekstrem drai gejala “revivalisme”. Jika revivalisme dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih berorientasi “ke dalam” (inward oriented) – dan karenanya bersifat individual – maka pada fundamentalisme , intensifikasi itu juga diarahkan ke luar (outward oriented). Tegasnya intensifikasi bisa berupa sekadar peningkatan attachment pribadi terhadap islam-dan oleh sebab itu sering mengandung dimensi esoteric –tetapi fundamentalisme menjelma dalam komitmen yang tinggi tidak hanya untuk mentranformasi kehidupan individual, tetapi sekaligus kehidupan komunal dan social. Oleh karena itu fundamentalisme islam juga sering bersifat eksoteris, yang sangat menekankan pada batas-batas kebolehan dan keharaman berdasarkan fiqih (halal-haram complp kuex).(Azzumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme, hingga Post-Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), hal. 107-8.)
Fundamentalisme merupakan istilah yang relatif baru dalam kamus peristilahan islam. Istilah “fundamentalisme islam” dikalangan barat mulai popular dengan terjadinya revolusi iran pada 1979, yang memunculkan kekuatan islam syi’ah yang radikal dan fanatic yang siap mati melawan setan besar, Amerika Serikat. Istilah tersebut tersebar luas disebabkan pengunaan popular jurnalistik , terutama oleh media barat.
Menurut Asghar Ali Engineer,( Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, terj. Agung Prihantoro(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999),hal. 82-3) ada dua alasan mengapa fundamentalisme islam menarik perhatian media barat. Pertama, alas an internal, yakni karateristik agama islam itu sendiri yang merupakan agama paling komprehensif. Oleh karena itu, setiap gerakan yang didasarka pada islam senantiasa mengatur seluruh kehidupannya,termasuk hal-hal yang sepele, dengan islam. Kedua, alas an eksternal, yaitu konsenterasi dunia politk. Hal ini mengingat wilayah Asia Barat –sebagai jantung agama Islam- adalah Negara-negara penghasil minyak. Negara-negara barat yang ekonominya bergantung pada minyak sangat sensitive terhadap perkembangan wilayah ini.
Di samping itu, umumnya para penulis barat memandang fundamentalisme islam dengan cara yang sangat bias, yang menganggap setiap wacana dan proses radikal terhadap kemapanan dengan cara-cara yang berbau violence atau kekerasan sebagai fundamentalisme islam.(lihat M. Amin Rais,. “pengantar” untuk buku David Sagiv, Islam Otensititas Liberalisme, terj. Yudian Y. Asmin (Yogyakarta: LKIS,1997),hal. xii ) oleh karena itu sebagian umat islam menolak pemakaian istilah fundamentalisme islam untuk menyebut gerakan intensifikasi islam tersebut. Mereka berusaha mencari istilah yang comfortable bagi gerakan ini. Sebagian mereka mengunakan istilah “ushuliyyun” untuk menyebut orang-orang fundamentalis, yakni mereka yang berpegang pada fundamen-fundamen pokok islam sebagaimana yang terdapat pada al-Qur’an dan al-Hadist. Dalam kaitan ini, di gunakan juga istilah al-ushuliyyah al-islamiyyah (fundamentalisme islam) yang mengandung pengertian: kembali kepada fundamen-fundamen keimanan; penegakan kekuasaan politik ummah dan pengukuhan dasar-dasar otoritas yang abash (syar’iyyah al-hukm). Formulasi ini menekankan dimensi politik gerakan ketimbang aspek keagamaan.
Istilah lain dalam bahasa arab yang digunakan kalangan fundamentalisme islam untuk mengacu pada kelompo atau gerakan mereka, antara lain, adalah islamiyyun ( kaum islamis), ashliyyun (kaum autentik, asli) dan salafiyyun (pengikut para sahabat utama). Istilah lainnya adalah musta’assib. Namun, istilah ini di gunakan oelh kalangan non-fundamentalisme untuk menunuka kelompoak yang tidak enggan menggunakan kekerasan. Selain itu, digunakan juga istilah mutatarrif untuk menyebut ekstremis. Dari semmua istilah tersebut yang paling lazim digunakan adalah istilah ushuliyyun (kaum fundamentalis) dan al-ushuliyyah al-islamiyyah (fundamentalisme islam).(Azzumardi Azra, Pergolakan Politik Islam,hlm. 108-9.) Namun istilah ini lebih umum dipakai untuk mengejek kelompok lain-hampir sama dengan “fanatic”. Istilah ini cenderung digunakan untuk menyebut orang yang berpikir, berbicara , berprilaku dan berpakaian yang berbeda dari orang pada umumnya.(Martin Van Bruinessen, Rakyat Kecil, Islam san Politik, editor dan penerjemah farid Wajidi (Yogyakarta: Bentang Budaya,1999), hlm.206.) dengan kata lain istilah ini merujuk pada kaum fundamentalis yang ekskusif.
Beberapa uraian diatas menunjukan bagaimana istilah fundamentalisme dipahami masyarakat. Istilah tersebut pada dasarnya mempunyai tujuan-tujuan kebangunan agama (islam) dalam usaha merespons kemodernan. Namun untuk mencapai tujuan-tujuan itu tidak jarang digunakan upaya –upaya radikal dan kekerasan, maka citra negative melekat pada gerakan ini. Dengan demikian , pada akhirnya , gerakan fundamentalisme islam diidentikan dengan gerakan aktivis yang bermuatan negative: kekerasan, radikal, terororisme, merendahkan martabat perempuan (dalam pandangan barat), dan sebagainya.